JAKARTA – Harga emas terus tertekan hingga akhir perdagangan Rabu. Harga emas tetap berada di bawah level USD2.000 dan memperpanjang kerugian untuk sesi kedua berturut-turut.
Harga emas juga melemah karena greenback menguat setelah pemerintahan Biden menyatakan optimisme akan memiliki kesepakatan plafon utang yang lebih tinggi pada akhir pekan.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange merosot USD8,10 atau 0,41% menjadi USD1.984,90 per ounce, setelah menyentuh level tertinggi sesi di USD1.997,00 dan terendah di USD1.978,10.
Sedangkan logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli naik 0,40 sen atau 0,02% menjadi USD23,897 per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli terangkat USD15,70 atau 1,47% menjadi USD1.082,60 per ounce.
Dolar naik ke level tertinggi tujuh minggu didorong oleh optimisme tentang kesepakatan untuk memperpanjang plafon utang dan mencegah gagal bayar AS dan di tengah putaran data ekonomi kuat yang menunjukkan penurunan suku bunga Federal Reserve bisa datang lebih lambat daripada lebih cepat.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, naik setinggi 103,12, level terkuat sejak akhir Maret. Kenaikan indeks dolar diikuti kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun, menekan emas lebih lanjut.
Sementara inflasi terus turun, ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga lain oleh Federal Reserve pada pertemuan Juni telah meningkat dalam beberapa hari terakhir, mengirimkan emas ke dalam koreksi.
Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa pembangunan perumahan AS melonjak 2,2% ke tingkat tahunan 1,401 juta unit pada April setelah turun 4,5% ke tingkat revisi 1,371 juta pada Maret.
Para ekonom memperkirakan perumahan yang mulai dibangun turun ke tingkat tahunan 1,405 juta dari laporan awal 1,420 juta untuk bulan sebelumnya.
Baca Juga: Bank Victoria Terbitkan Obligasi Berkelanjutan III Tahap I Tahun 2023 Total Rp500 Miliar
Follow Berita Okezone di Google News
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.
Artikel ini bersumber dari economy.okezone.com.