JAKARTA – Partai politik memainkan peran penting sebagai penghubung antara pemerintah dan masyarakat dalam sistem demokrasi. Namun, akhir-akhir ini, publik semakin meragukan integritas dan efektivitas parpol.
Pengamat politik Ray Rangkuti menilai ada perubahan sosial dan perilaku publik terhadap parpol imbas lahirnya media sosial. Pada tingkat tertentu, dia berkata medsos telah mengubah cara masyarakat memperjuangkan kepentingan politiknya.
“Jadi kita lihat perubahan-perubahan yang begitu besar, efek dari ditemukannya media sosial,” ujar Ray dalam diskusi publik yang digelar Indonesia Berdaulat di Jakarta.
Terkait dengan peran parpol dalam situasi yang berubah saat ini, Ray mencontohkan lewat video kritikan yang diunggah seorang anak muda terkait jalan rusak di Lampung. Dia berkata video tersebut sampai membuat Presiden Joko Widodo langsung melakukan sidak ke Lampung.
Selain itu ada video juga terkait pungutan liar di institusi pendidikan yang diungkap oleh seorang guru muda di Jawa Barat. Dari video itu, kepala dinas dicopot karena terindikasi terlibat dalam pungli yang diungkap oleh guru muda tersebut.
Hal itu, lanjut Ray memperlihatkan bahwa publik sudah tidak lagi menyerahkan aspirasinya kepada wakil rakyat untuk diperjuangkan. Publik saat ini lebih memilih menjadikan medsos sebagai ruang aspirasi baru yang lebih konkret.
Terkait situasi itu, Ray menilai menjadi peringatan penting untuk lembaga legislatif. Dia khawatir DPR bakal hilang di masa yang akan datang jika tidak ada upaya adaptasi dalam perubahan tersebut.
“Lembaga eksekutif itu kelihatannya usianya ke depan lebih panjang karena bersifat eksekutorial. Tapi untuk usia legislatif, saya kira ini sudah mulai diambang senja. Apakah model politik legislasi yang disebut dengan partai relevan di masa mendatang dengan dunia medsos yang lebih terbuka,” ujarnya.
Lebih dari itu, Ray mengingatkan partai dan politik merupakan dua entitas yang berbeda. Parpol merupakan institusi yang ada karena konstitusi membuatnya ada.
“Sedangkan politik itu entitas lain, di mana orang tukar menukar kepentingan yang tidak selalu melalui institusi partai politik,” ujar Ray.
Anggota DPR Fraksi PDIP Eriko Sotarduga mengakui tingkat kepercayaan publik terhadap parpol masih rendah. Namun, dia berkata masih ada harapan untuk membalikkan keadaan tersebut, terutama di kalangan anak muda.
Terkait dengan anak muda dalam menilai parpol, Eriko menyebut ada tiga hal yang dilihat, yakni korupsi, sustainable energy, dan ekonomi UMKM.
Khusus korupsi, Eriko mengingatkan tidak ada parpol yang mengajarkan korupsi. Dia menegaskan korupsi merupakan perilaku personal. Namun, untuk mengatasi hal itu, dia menyebut PDIP mendorong sistem pemilihan tertutup agar kader yang nanti ditempatkan di parlemen benar-benar punya kredibilitas dalam bertugas.
Baca Juga: AkzoNobel Decorative Paints Indonesia Gelar Mudik Gratis Bagi 500 Mitra Dulux Terpilih
Follow Berita Okezone di Google News
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.
Artikel ini bersumber dari nasional.okezone.com.